Apr 13, 2016

NUTRITALK: Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Dengan Alergi Protein Susu Sapi

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk datang ke acara Nutritalk di Hotel JW Marriot Surabaya yang diadakan oleh Sarihusada.  Seminar yang bertajuk nutrisi untuk bangsa tersebut mengambil tema “Early Life Nutrition: Dasar-dasar dan Pedoman Praktis Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi”.  Acara tersebut membahas tuntas tentang alergi, utamanya alergi protein susu sapi, lengkap dengan panduan optimalisasi tumbuh kembang anak yang memiliki alergi protein susu sapi.

#AlergiProteinSusuSapi

Sudah jamak terjadi kan, kita sebagai orang tua sering panik, was-was, dag-dig-dug ketika mendapati anak kita memiliki alergi, apalagi alergi susu sapi.  Untuk yang belum punya anak apa lantas bisa tenang-tenang saja? Berapa persen sih risiko seorang anak berpotensi memiliki alergi? Ternyata bisa dihitung lho, teman-teman!

Menurut DR. dr. Anang Endaryanto, SpA(K), ahli alergi imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan anak FK UNAIR,  Anak-anak dengan orang tua yang memiliki riwayat alergi memiliki risiko alergi sebesar 40%-60%.  Risiko ini lebih besar lagi pada anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi dan menifestasi sama, yaitu sebesar 60%-80%.  Anak dengan salah satu orang tua memiliki riwayat alergi, berisiko mengalami 20%-30%. Jika ada saudara yang memiliki riwayat alergi, anak berisiko menalami alergi sebesar 25%-30%. Bahkan anak dengan orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi apapun masih bisa berisiko mengalami alergi sebesar 5%-15%. Jadi kalo merasa tidak ada yang punya alergi, tiba-tiba salah satu anaknya ada yang alergi, jangan lantas dikira anak tetangga yaaa… Ternyata semua anak memiliki potensi mengalami alergi.

Early Life Nutrition

Sebesar apapun risiko alergi yang dimiliki anak, penanganan sedini mungkin perlu ditempuh, sehingga anak terhindar dari dampak jangka panjang alergi dan tumbuh kembangnya tidak terhambat.  Penanganan tersebut meliputi, mengenal gejala alergi, mengenal allergen pemicu dan memantau asupan nutrisinya.  Alergi bisa timbul karena sistem imun anak sensitive terhadap protein asing yang bagi individu lain tidak berbahaya. Misal anak-anak dengan risiko alergi protein susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan yang mengandung protein susu sapi.

Gejala yang Muncul pada Anak Rrisiko Alergi
Gejala yang muncul pada anak dengan risiko alergi protein susu sapi diantaranya:
  1. Gejala pada Kulit: Bentol merah gatal, gejala dermatitis atopic
  2. Gejala pada Saluran Nafas, seperti: bersin-bersin disertai gatal di hidung, hidung tersumbat, ingus encer, batuk berulang, Gejala asma (sesak nafas & nafas berbunyi)
  3. Gejala pada saluran cerna: muntah, kolik, diare, BAB disertai tinja berdarah.
Lantas penyebab alergi itu biasanya apa saja sih? 
Alergi umumnya disebabkan oleh Makanan, Debu rumah Juga bulu binatang.  Ternyata alergi ini dikategorikan sebagai salah satu penyakit kronis lho teman-teman.. Baru tahu ya?! Kenapa bisa begitu? Karena angka anak yang berpotensi memiliki alergi terus meningkat setiap tahunnya. Dan mereka yang positif memiliki alergi biasanya terganggu tumbuh kembangnya.   Anak-anak yang memiliki alergi makanan harus segera dikenali dan ditangani sejak dini. Karena mereka yang memiliki alergi makanan rentan terkena alergi dari luar, seperti alergi debu rumah dan alergi bulu binatang.  Hal tersebut tentunya beresiko menyebabkan penyakit komplikasi, misalkan asma dan sakit pada saluran pencernaan.

Penyebab Alergi
Alergi atau Infeksi?
Ada yang anaknya pernah terkena batuk pilek lama, gak kunjung sembuh?  Galau gak sih?!  Ada yang bilang itu karena infeksi, namun ada juga yang berpendapat hal tersebut disebabkan  alergi. Bagaimana membedakannya? Pertama, amati apakah disertai demam? Apakah siang lebih dominan daripada pagi/malam? Apakah ada riak/ingus kental/berwarna? Jika semua jawabannya TIDAK, maka kemungkinan itu ALERGI. Namun jika salah satu ada yang jawabannya YA, maka kemungkinan disebabkan oleh Infeksi.

Kalau sudah diketahui itu karena alergi, bagaimana kita bisa tahu itu alergi dari makanan apa?! Dr. Anang menyarankan, lakukan diet eliminasi selama 2-3 minggu. Lalu amati apakah batuk pilek berkurang. Setelah tahu jenis makanan penyebab alergi nya, lakukan diet provokasi selama 7 hari. Diet provokasi ini misalnya anak alergi telur, setelah batuk pilek sembuh lakukan diet provokasi dengan makan telur hingga 7 hari berturut-turut. Jika sebelum 7 hari anak kembali batuk pilek, hentikan lagi, dan lanjutkan diet eliminasinya. Hal tersebut bisa rutin dilakukan hingga batas toleransi anak terhadap makanan tersebut terus berkembang.  Selain dengan cara diatas, mengetahui jenis alergi bisa dengan scratch test yang dilakukan oleh dokter spesialis.

Tata Laksana Anak Alergi
Jika sudah diketahui anak positif alergi susu sapi, maka tata laksana yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut:
  1. Hindarkan anak dari produk susu sapi dan turunannya, atau produk olahan yang berasal dari susu sapi.
  2. Berikan ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6 bulan. Selama pemberian ASI, ibu wajib diet eliminasi susu sapi dan produk turunannya.
  3. Jika bayi tidak mendapat asupan ASI eksklusif, berikan susu formula yang terhidrolisi parsial, formula asam amino, atau susu soya.  Pemberian susu formula terhidrolisis parsial mampu menurunkan resiko dermatitis atopi dan menjaga kebutuhan asupan gizi anak.

Nutrisi Untuk Bangsa

Pada sesi kedua, DR. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo memaparkan  nutrisi dan stimulasi adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam membentuk kecerdasan anak pada masa tumbuh kembangnya.  Karena kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kesehatan janin selama di kandungan hingga remaja.  Anak yang memiliki alergi berisiko memiliki gangguan pada tumbuh kembangnya, diantara Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.  Selain berisiko terhadap gangguan tumbuh kembang fisiknya, anak yang memiliki alergi juga berpotensi terganggu perkembangannya, diantaranya: perkembangan indera penglihatan, pendengaran, motorik, kemampuan bicara maupun sosial emosionalnya.

Penyebab Terhambatnya Tumbuh Kembang Anak Alergi
4 hal yang menyebabkan anak alergi terhambat pertumbungan dan perkembangannya antara lain dikarenakan dampak perjalanan alami kondisi alergi, efek samping konsumsi obat-obatan selama alergi, kondisi yang kronis maupun aspek lingkungan.

Dampak perjalanan alami kondisi alergi dapat menjadi gangguan tumbuh kembang karena sifat alergi yang timbul tenggelam yang bahkan sulit diprediksi kapan munculnya.  Bahkan beberapa orang tua yang terlalu khawatir akan kondisi anaknya memberlakukan diet pantang yang terlalu berlebihan. Hal tersebut dapat menyebabkan nutrisi anak berkurang.  Bahkan pada beberapa kasus alergi berat, anak harus keluar masuk rumah sakit karena kondisi kesehatannya yang terganggu.

Tak jarang anak yang alergi harus mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu tertentu.  Jika hanya alergi ringan, dan mengkonsumsi obat-obatan dengan dosis ringan, maka efek sampingnya juga ringan, seperti mengantuk, rewel atau sulit makan. Namun bila kondisi alerginya berat, dan obat-obatan yang dikonsumsi lebih berat, otomatis efek samping yang didapat pun juga bisa berbahaya untuk tumbuh kembangnya.

kartu deteksi dini alergi

Alergi yang berkepanjangan atau kronis dapat menyebabkan aktivitas terganggu, pola tidur terganggu, anak dan orang tua mengalami stress, gangguan pertumbuhan bahkan hingga gangguan perkembangan dan perilaku emosi.  Adapun pengaruh aspek lingkunan yang dapat mengganggu anak alergi biasanya anak alergi berpotensi menjadi korban bullying dari lingkungan.  Anak yang memiliki alergi juga tak jarang hidup di situasi dan kondisi lingkungan yang membuat stress.  Dari semua jenis alergi, yang paling mengganggu pertumbuhan dan perkembangan adalah alergi susu sapi.  Karena anak yang memiliki alergi susu sapi berpotensi biasanya mengalami pertumbungan berat badan dan tinggi badan yang tidak optimal.

Pencegahan Gangguan Tumbuh Kembang Anak Alergi
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang memiliki alergi dapat dicegah dengan cara:
  1. Kenali tanda dan gejala alerginya sejak dini
  2. Deteksi pola pertumbuhan dan perkembangannya sedini mungkin
  3. Lakukan Kerja sama lintas keahlian dokter, seperti dokter alergi, dokter tumbuh kembang, ahli nutris dan psikiater anak atau bahkan psikolog jika diperlakukan.
Ternyata memiliki anak yang berpotensi alergi juga bisa tumbuh dengan normal, asalkan semua dipantau sedini mungkin sejak 1000 hari pertamanya.

1000 hari pertama kehidupan

Selesai menenggak ilmu dari dua narasumber yang ahli dibidangnya, kita diberi kesempatan untuk makan siang, break, dan mencoba berkunjung ke beberapa booth yang ada di depan pintu masuk.  Berkunjung di booth-booth tersebut kita disuguhi penjelasan tentang pentingnya tumbuh kembang pada 1000 hari pertama, sejak dalam kandungan.  Karena dari 1000 hari pertama inilah menentukan kesehatan anak di masa yang akan datang.  Di sana juga terdapat booth khusus alergi care. Di booth tersebut kita diajak menghitung berapa % potensi alergi pada anak-anak kita , dilihat dari genetik kedua orang tua dan saudaranya.  Ingin mengenali jenis-jenis alergi lebih lanjut dan cara mengantisipasinya, kita juga diajak berkenalan dengan website www.alergianak.com. Kemudahan mengakses internet membuat kita bisa belajar tentang banyak hal tanpa perlu meninggalkan tempat duduk.

Allergy Care

Siang itu saya pulang dari acara nutritalk dengan perasaan kenyang.  Bukan hanya kenyang perut tapi juga kenyang otak.  Benar-benar acara yang padat dan bergizi.  Semoga acara serupa yang bergizi akan semakin banyak dan membantu mengedukasi banyak orang tua di Indonesia. Terima kasih Sarihusada.  Semoga terus memberikan nutrisi untuk bangsa.

#Nutritalk

2 comments:

  1. ini anakku 2-2 nya alergi susu sapi.. mereka kan asi cuma bntr ya mbak... jdnya pas umur 1.5 bulan, mau ga mau udh harus ke sufor.. awalnya ga tau klo alergi, jd kita ngasihnya sufor yg biasa.. trnyata dokter bilang alergi, gejalanya sih yg kedua, napasnya bunyi, dan pilek ga berhenti.. krn udh telanjur kena sufor yg biasa, akhirnya dokter lgs nganjurin susu khusus yg cuma dijual di apotik tertentu.. Pregistimil.. si kaka minum itu sampe setahun.. tapi alhamdulillahnya, setahun lewat, imun tubuhnya juga makin kuat, dan dia mulai ga bermaslah lagi ama susu sapi yg biasa.. makanya pregestimilnya di stop, dan pake sufor yg biasa..

    pas adiknya lahir, dokter udh wanti2, krn kakaknya alergi, berarti si adek juga punya bakat alergi. kita ga mau kasih sufor yg biasa jadinya.. tapi juga masih belum perlu pregistimil.. makanya skr adeknya dikasih sufor yg HA (hypo allergic). syukurnya sih cocok mba.. moga2 aja setahun nanti dia juga mulai kuat ketahanannya ama susu biasa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin.. amin... semoga selalu tumbuh sehat dan cerdas yaa.. Sedih kalo alergi, apalagi sama urusan perut :)

      Delete