Sep 29, 2013

Profesi Baru & Kantor Baru

1 bulan ini saya menjalani profesi baru sebagai seorang tutor di sebuah preschool. jadi sekarang ada 3 profesi yang saya jalani, lengkap dengan 3 kantor. 1 kantor dalam arti sebenarnya yang ada di sebuah gedung perkantoran, 1 kantor di dunia maya, dan 1 kantor di rumah. Karena preschoolnya berkonsep homeschooling, jadi tempatnya ya di rumah. Kebetulan memakai rumah seorang teman yang dijadikan basecamp homeschooling kita. Pekerjaannya tentu seputar mendidik anak, karena kebetulan saya memegang kelas golden A yang berusia dibawah 3 tahun dan masih dalam pendampingan orang tua, tentu interaksinya juga bukan hanya dengan si anak, tetapi juga dengan orang tua anak.

Profesi ini lebih menantang dan merupakan dunia baru bagi saya, karena saya menghadapi berbagai macam tipe dan sifat anak yang berbeda beda, lengkap dengan sifat orang tua yang juga bermacam-macam.  Beberapa kasus psikologi anak pun sempat membuat kening saya berkerut dan bertanya-tanya. Maklum saya bukan seorang psikolog dan baru 3 tahun menjalani profesi sebagai seorang ibu. Jadi pengalaman saya pun amat sangat terbatas. Ilmu saya hanya dari google, twitter, buku dan mendengar cerita dan pengalaman teman.

Namun saya beruntung, sebagai seorang moderator di the urban mama, saya banyak menghadapi berbagai metode pola asuh, yang meminimalisir saya untuk menghakimi orang lain tentang pola asuhnya. Dari TUM Family lah saya belajar untuk menghargai pola asuh orang lain karena memang tiap orang memiliki pribadi yang berbeda. Kalau kata Fanny, ibarat anak-anak adalah selembar kertas, maka bisa saja berupa kertas HVS, art paper, kertas HVO, dan banyak lagi dan tentunya tebal-tipisnya pun bermacam-macam. Sedang orang tua ibarat pena, maka bisa berupa pensil, bolpoin, spidol, dan bermacam lagi yang tentunya juga memiliki ujung yang berbeda keruncingannya. Pola asuh yang ideal adalah ketika 1 jenis kertas dengan ketebalan tertentu bertemu dengan 1 macam pena dengan jenis dan ujung keruncingan yang sesuai. Bila tidak sesuai bisa saja kertas berlubang, tinta belepotan atau malah tidak bisa dicoreti sama sekali.

Dulu, pernah seorang guru berkata kepada saya, jika kamu ingin menjadi seorang guru, kelak jadilah guru yang mendidik, bukan hanya guru yang mengajar. Abjad, Angka, penjumlahan, perkalian bisa kamu ajarkan dalam waktu 1 hari. Tetapi moral dan perilaku membutuhkan didikanmu seumur hidup. Sekarang saya sadari, membangun pondasi dasar perilaku anak memang tidak bisa instan dan cukup 1-2 kali nasihat dan contoh, melainkan membutuhkan rutinitas yang konsekuen.

Semoga saya mampu menjadi pena pendukung yang akan memperindah pola-pola di kertas anak-anak.  Seperti impian kanak-kanak saya yang hingga saat ini belum pudar, saya ingin menjadi guru karena saya ingin semua anak mendapatkan pendidikan yang layak.  Semoga Tuhan selalu memeluk mimpi-mimpi saya.