Jul 24, 2013

Cerita tentang "berbagi"

Beberapa kejadian belakangan menggerakkan tangan saya untuk menulis tentang ini.  Cerita berawal ketika saya mengajak Kira & Kara untuk sholat taraweh di masjid dekat komplek rumah. Berjodoh sekali, tepat dibelakang kita duduk sepasang anak kembar yang sudah kelas 3 SD bersama ibunya. Sebelum sholat dimulai berceritalah si ibu kalau anak kembarnya sering bertengkar dan berebut. Di otak saya sempat  berkecamuk, benarkah masih sering bertengkar? Atau hanya ibunya yang hanya melihat sisi pertengkaran anaknya dengan mengabaikan prestasi anak? Kalau iya masih sering bertengkar, kenapa?
Hari demi hari otak saya masih saja digerogoti dengan beberapa kejadian yang sepertinya selalu mendorong saya untuk menulis cerita tentang ini.
Sering sekali ketika jalan-jalan dan berpapasan dengan orang yang senang melihat anak kembar selalu saja menanyakan "kembar ya?" dan pertanyaan lanjutannya "di rumah sering bertengkar gak?" berlanjut dengan curcol ala ibu-ibu "anak saya di rumah sering bertengkar... kakaknya suka godain adiknya.." dan bla... bla... yang lain.
Hari ini pun ketika di sekolah ada teman sekolahnya yang tiba-tiba mengambil mainan yang ada di tangan Kara. Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan. Setelah mainannya diambil, Kara mendekati saya dan bilang "bunda mainanku diambil, aku kasihkan saja ya? aku ambil mainan yang lain ya?"
Saya pun tercekat. Saya seperti menuai apa yang selama ini saya tanam. Dengan tersenyum saya temani Kara mencari mainan yang lain dan saya support untuk bermain bersama teman-temannya yang lain.

Di forum the urban mama saya selalu terpaku dengan thread tentang "anak tidak mau berbagi". Ingin sharing tapi selalu saja maju mundur. Berkali-kali saya hapus komen yang akan saya post. takut berkesan menggurui. tapi juga tidak punya solusi untuk anak yg belum memiliki sibling.

yang ini saya ceritakan adalah, sering dari kita hanya mampu berkeluh kesah ketika anak-anak sering bertengkar, rebutan, bahkan tak jarang saling pukul dengan saudaranya. Pernahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, apa ada yang salah dari yang saya ajarkan kepada anak-anak kita? Apakah kita memberikan contoh yang keliru? Apakah tanpa sengaja kitapun menjadi orang tua yang suka "merebut" di mata anak-anak kita? Apakah kita sudah mengajarkan cara berbagi dengan benar? apakah kita sudah mengajarkan kepada anak-anak kita cara meminta ijin dengan santun? Apakah kita sudah mengajarkan cara antri dan bergantian kepada anak-anak kita?

Cobalah untuk berkaca dan berdialog dengan diri sendiri. Kalo antri di kasir supermarket masih suka serobotan, maka jangan hardik anak ketika tiba-tiba merebut mainan temannya. Ketika kita masih suka ambil kue anak tanpa seijinnya, maka jangan marahi anak ketika masih suka rebutan. Ketika kita tidak mau berbagi kue yang melimpah dengan tetangga maka jangan harap anak mau berbagi mainannya dengan temannya.

Saya hanya mampu berbagi cerita saya mengajarkan "berbagi", "bermain bergantian" dan "bermain bersama-sama" bersama Kira dan Kara. Mungkin akan berguna untuk blogger yang memiliki anak lebih dari 1.

Bila identiknya anak kembar membeli segalanya serba dua, itu tidak berlaku bagi keluarga kami. Awalnya karena memang budget keluarga kami terbatas. Kami harus mampu mengatur pengeluaran agar Kira dan Kara tetap bisa menikmati mainan dan membaca tanpa harus menguras dompet.  Maka kami pun akan membeli mainan atau buku hanya satu untuk tiap jenisnya agar kami mampu beli banyak jenis. Dari sinilah kami mengajarkan Kira dan Kara dengan konsep "berbagi" dan "bergantian"
Misal, kami hanya membeli 2 buku dengan judul yang berbeda. Judul A dan Judul B. Kira bisa membaca lebih dulu buku A, dan Kara membaca buku B. Selesai membacanya, bisa saling tukar. Oh iya, konsep membaca bagi kira dan kara masih melihat gambarnya dan mengarang ceritanya versi mereka. hihihi... Jangan salah persepsi Kira & Kara sudah benar-benar bisa membaca yaaa... :D
Bergantian pun juga berlaku untuk mainan. Pernah kami membeli 2 mainan dengan beda jenis, seperti membeli Doctor tools dan Chef tools. 1 anak bermain play pretend sebagai dokter, dan 1 anak bermain play pretend sebagai chef. Mereka bisa berbagi, bertukar dan bergantian sesuai kesepakatan.
Apakah itu berarti Kira dan Kara sudah tidak pernah lagi berebutan sekarang? Pernah dunk! namanya juga 2 manusia yang berbeda, pasti akan ada konflik kepentingan. Jangankan yang masih anak-anak, yang sudah dewasa pun pasti masih pernah mengalaminya kan... Namun frekuensi sudah sangat jauh berkurang dibandingkan dulu. Lantas tidak mempan dunk teori "berbagi" nya? TIDAK JUGA. Konflik itu justru dibutuhkan untuk membangun kedewasaan anak dalam menyelesaikan masalahnya. Menghindari konflik sama saja berarti menunda dan menumpuk masalah. Lebih baik ajarkan anak cara menyelesaikan masalah. Ajarkan caranya menyelesaikan masalah, bagaimana bila ketika rebutan. Ajarkan kembali tentang berbagi dan bergantian. Ajarkan dengan cara yang fun, menyenangkan, mengasyikkan.
Bagaimana bila anak berebut main bola? Ajarkan anak cara bermain lempar-tangkap bola. Ketika anak berhasil menangkap bola, beri applause yang heboh dan meriah. Kalo mainnya asik anak pasti seneng.
Bagaimana bila anak berebut main boneka? Ajak anak yang lain cari peralatan dokter. Maen play pretend dokter-pasien. 1 anak jadi dokter, 1 anak yang gendong boneka jadi ibu pasien. Ajarkan percakapan dokter dan pasien. Lebih asik bermain bersama kan?!
Bagaiman bila berebut main mobil-mobilan?! Coba deh lebih kreatip. anak yang lain bisa diajak jadi petugas pom bensin atau jadi montirnya kan?!
Wah jadi orang tua harus kreatip ya?! Gak harus, saya pun juga bukan ibu yang kreatif. Yang penting mau belajar, pasti ada kemajuan. Kalo gak maju-maju? Ya belajar lagi... :D

Kalo hanya punya anak satu gimana? Ya tetep ajarkan. Di forum seorang teman bercerita kalo dia punya anak satu tapi mampu berbagi dengan temannya di usia nya yang masih kecil. cara dia mengajarkan juga asik. Mereka membuat aturan. Misal ketika si anak nonton TV, mereka buat perjanjian, nanti jam sekian gantian mama yang nonton berita yaa... Ketika jamnya tiba, ya konsekuen, anak berikan remotenya. Kalo masih belum bisa, masih ngambek, ajarkan anak menghabiskan waktunya dengan yang lain, bermain, membaca. setelah tenang, mamanya bisa nonton TV sesuai janji.
Mungkin bisa juga ketika dapat hantaran kue. biasanya kan kalo ada pengajian suka dapat kue 1 kardus tapi isinya beraneka macam kan?! Ajak anak untuk memilih satu atau dua kue yang dia suka. Katakan kalo kue yang C buat mama dan kue yang D buat papa yaa.. itu namanya berbagi.

Sekian dulu ya... mau lanjut masak untuk buka puasa di rumah. Ada yang mau menambahkan ceritanya? Silahkaan lhooo... :)