Apr 19, 2012

Episode: SEKOLAH

Ceritanya bunda lagi bingung cari sekolah buat KIRA-KARA. Bulan Juni nanti KI-KA genap usia 2 tahun. Banyak anak seusianya yang sudah masuk PG atau PAUD. Semua anak seusianya di kompleks rumah juga sudah belajar di PAUD punya RW deket rumah. Bunda?? sedang pusing.. Anak di usia 2 tahun perlu gak sih masuk PG/PAUD?
Untuk mengurai kepusingan bunda, bunda mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang membuat pusing:

1. Apa tujuan masuk PG/PAUD? 

untuk membantu anak belajar bersosialisasi? Selama ini KIRA-KARA banyak berinteraksi satu dengan yang lain. setiap sore selalu nongkrong dan maen dengan teman-temannya di gang atau gang sebelah yang kebanyakan anak-anak seusianya. Bahkan diantara teman2nya KI-KA mau berganti mainan atau tidak turut berebutan.

Untuk membantu anak mengembangkan kemampuan verbalnya? Di usianya boleh dibilang KI-KA lebih menonjol kemampuan verbalnya. Di usia 20 bulan KI-KA sudah mampu merangkai kata dengan lengkap SPO. Mampu merangkai 3-4 kata sekaligus dengan benar dan tepat. Bisa bercerita tentang kegiatannya ketika bermain dengan temannya. Memang kata-katanya belum sempurna atau masih cadel, mengingat jumlah giginya juga belum lengkap. Atau kadang masih ada 1-2 kata yang salah penempatan.

Untuk membantu anak mengembangkan kemampuan motoriknya? Ini yang sebenarnya menjadi sedikit kendala. Untuk anak seusianya KI-KA memang sedikit mengalami kendala dalam kemampuan motorik. Baik itu motorik kasar maupun motorik halus. Apakah itu menjadi hal yang utama dalam kendala tumbuh kembang KI-KA? bunda rasa tidak juga, mengingat KI-KA memang terlahir prematur, dimana 1,5 bulan mereka habiskan di inkubator untuk memperkuat fisiknya. Jadi keterlambatan kemampuan motorik itu sudah terlihat semenjak di awal2 pertumbuhannya. Menurut beberapa DSA dan Fisioterapis yang menangani KI-KA hal ini terbilang wajar karena KI-KA terlahir prematur, dan pada usia tertentu mereka akan catch up ke kemampuan anak seusianya. Tiap anak akan berbeda kapan mereka mulai bisa catch up secara keseluruhan. Tapi rata-rata kurang lebih sekitar 2 tahun mereka baru bisa berkembang normal sesuai anak seusianya.

KESIMPULAN PERTANYAAN 1:
Demi membantu KIRA-KARA mengejar ketertinggalan motoriknya, bunda berkeinginan memasukkan KI-KA ke PAUD/PG. Keinginan ini juga untuk menjembatani KIRA-KARA yang selalu ingin berkesplorasi. Bunda ingin KI-KA memiliki waktu dimana mereka bisa bebas berlari-larian, naik turun tangga, loncat-loncatan tanpa takut dimarahi eyangnya atau khawatir membuat eyangnya mendadak kena serangan jantung.. hehe.. ^_^
Bunda juga ingin KI-KA mengetahui bahwa bergaul dengan orang dewasa itu juga bisa sama menyenangkannya dengan anak seusianya. Dengan adanya guru/bunda paud, Bunda berharap KI-KA bisa bertahap belajar bersosialisasi dengan orang yang lebih dewasa. Karena selama ini Bunda belum berhasil membuat KI-KA nyaman bersosialisasi dengan orang dewasa. Bagaimana mungkin Bunda bisa mengajarkanmu lebih banyak tentang sosialisasi, sedang bunda sendiripun mengalami kesulitan dalam bersosialisasi??! hehe..

2. Dimana PAUD/PG yang "ideal"?

Ini pertanyaan yang sampai saat ini belum menemukan jawabannya. Di masa sekarang ini banyaaaakkk sekaliii pilihan PG/PAUD, mulai yang berbudget minim sampai berbudget  yang membuat dompet enggan keluar dari saku karena minder. Pilihan-pilihan yang bunda hadapi:
PILIHAN 1: PAUD deket rumah. PAUD yang dikelola pemerintah daerah ini termasuk PAUD yang masuk 10 besar se kodya SURABAYA. Biayanya pun seperti kebanyakan sekolah pemerintah, termasuk memadai dan "layak" bagi kantong kami. Fasilitas yang ditawarkan pun setara dengan biayanya, fasilitas dan perangkat kegiatannya pun tidak seheboh sekolah yang mahal. Bila dibandingkan dengan PG yang bertaraf internasional pasti jauuuh sekalii, baik biaya maupun peralatan mengajarnya.. Yang saya suka dari PAUD ini selain tempat dan biayanya yang terjangkau, PAUD ini memiliki playground dengan ruang kelas terbuka dan perpustakaan yang lumayan memadai.
PILIHAN 2: PAUD milik yayasan swasta. PAUD ini juga terletak tak jauh dari rumah. Sayang sekali saya belum berhasil mendapatkan perincian biaya-biayanya. Fasilitas yang sepintas kami lihat sepertinya sama dengan kebanyakan PAUD/PG yayasan swasta dengan ruang kelas yang tidak begitu besar. saya tidak melihat playground yang luas. Orang tua/pengantar dilarang masuk. Tapi saya belum tahu untuk anak usia berapa peraturan ini berlaku. Kalau KI-KA pasti jejeritan luar biasa kalo tiba-tiba masuk sekolah bundanya gak ada kelihatan. Untuk melepaskan "ketergantungan" gelendotannya, memang harus bertahap, untuk itulah salah satu alasan saya memasukkan ke PG/PAUD.
PILIHAN 3: PAUD milik yayasan Islam. PAUD ini menarik karena anak diajarkan juga sopan santun cara bergaul berbasis islam. Seperti layaknya sekolah berbasis agama yang lain, sekolah ini juga mengajarkan pengenalan awal cara2 beribadah dan do'a sehari2. Fasilitas yang ditawarkan pun lumayan menarik, dengan halaman yang luas. Tapi yang membuat saya sedikit jiper yaitu biayanya yang boleh dibilang cukup membuat kami ber"keringat". Apakah termasuk mahal? Kalau diukur dengan sekolah bertaraf internasional sih tidak, bahkan termasuk murah. Namum pertanyaannya, apakah dengan biaya se"besar" itu layak untuk masuk PG/PAUD yang dalam pandangan kami masih dalam tahap perkenalan/pra sekolah. Atau dengan biaya sebesar itu cukup worthed dengan kemauan dan keingin besar KI-KA sendiri untuk belajar?! atau hanya sekedar kami orang tuanya yang "heboh" anaknya ingin sekolah sementara KI-KA sendiri belum siap?! apakah biaya sebesar itu "layak"?!

Dan dari Pertanyaan 2 ini, kami belum berhasil mendapatkan kesimpulan apapun. Kami belum menemukan dimana PG/PAUD yang "ideal" untuk KI-KA. Bunda masih berdiskusi dan mencari informasi. Bunda juga masih sering tanya KI-KA apakah mau masuk sekolah atau hanya bunda saja yang heboh ingin KI-KA masuk PAUD. meskipun seringnya pertanyaan bunda dimentahkan KI-KA. Kalo bunda tanya "Kak, Kakak mau sekolah kayak mas Vito gak (tetangga depan rumah)?" dijawab KIRA/KARA dengan enteng "enggak. Kakak mau cari duit aja..." Gubraaaakkksss... Jadi, apakah mereka siap untuk bersekolah..??!

Apr 17, 2012

Mamaku "Saingan"ku...

Impian Mama dan Papa mertua saya adalah memiliki anak perempuan. Ketika mendapatkan menantu dan cucu kembar perempuan, mereka bahagia luar biasa. Mama pula yang mendampingi saya selama proses melahirkan di kamar bersalin. Tangan mama tak lepas memegang saya. Mulut mama juga tak henti melantunan do'a untuk saya dan cucu-cucunya. Buat saya, sosok mama adalah sosok yang selalu berpikir dan bertindak sesuai tuntutan zaman. Dimasanya mama yang seorang sekertaris direksi BUMN, tidak melepaskan tanggung jawab dengan mengasuh kedua putranya. Terbukti anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang berbakti. Dengan kehadiran KIRA-KARA pula, mama bersikukuh mengasuh sendiri cucu-cucunya tanpa bantuan baby sitter. Meskipun kini mama telah pensiun, mama tak pernah ingin ketinggalan informasi tentang dunia tumbuh kembang. Beliau yang selalu mendampingi saya dalam memantau tumbuh kembang si kembar hingga saat ini. Beliau selalu ingin membaca apa saja yang saya baca. Buku-buku dan artikel-artikel parenting tak lepas dari pantauannya. Mamaku "saingan" beratku dalam membaca dan diskusi dunia parenting terkini. Meskipun sibuk dengan merawat cucu-cucunya dan Papa yang stroke, mama tak lepas membaca segala artikel dan buku yang saya berikan. Saya bersyukur, dengan membaca saya memiliki cara menyampaikan opini saya yang tak jarang berbeda sudut pandang dengan mama. Namun tujuan kami sama, mendidik anak-anak agar menjadi tangguh, mandiri, cerdas dan sholehah.